besi beton spiral
Sejarah Besi Beton Perlu diketahui bahwa penggunaan beton pertama kalinya dilakukan oleh warga Perancis bernama Joseph Mounir dan Joseph Lambut. Hal ini terjadi pada tahun 1850. Saat itu keduanya tengah membuat perahu dan beton yang diberi tulang terbuat dari kawat besi disusun secara paralel. Berkat karyanya itu, Joseph Lambot dan Joseph Moenir dinyatakan sebagai penemu dari adanya konsep beton bertulang.
Pada Tahun 1867 Joseph Munir berhasil mendapatkan hak paten dari karya yang dibuatnya yakni sebuah kolam penyimpanan air yang bahannya terbuat dari beton dan diberi tulang konstruksi anyaman tulang. Besi penggunaan beton ini bisa membentuk konstruksi lebih ringan tetapi bagian betonnya mempunyai kekuatan yang maksimal. Sejak saat itu pula, Josep Munir juga mendapatkan hak paten konstruksi besi beton bertulang pada bangunan sungai besar seperti bendungan jembatan dan lain-lain.
Pada tahun 1875, William E. Ward, seorang warga dari Inggris membuat bangunan menggunakan konstruksi tulang beton untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Tetapi dia menyatakan bahwa ide tersebut berasal dari buruh yang ada di Inggris. Dua tahun berikutnya yakni tahun 1877, Thaddeus Hyatt yang berasal dari Amerika berhasil membuat sebuah analisa tentang ketahanan beton terhadap panasnya api.
William E. Ward bukan warga Amerika yang membuat bangunan menggunakan konstruksi beton karena di tahun 1870 Seorang warga San Francisco bernama E.L Ransome sudah berhasil menemukan besi beton bertulang yang bentuknya ulir. Tetapi penemuan E.L Ransom baru bisa mendapatkan hak paten sesudah 14 tahun kemudian yakni pada tahun 1884.
Perkembangan dalam dunia konstruksi saat ini tidak hanya berfokus pada kekuatan dan ketahanan struktur saja, namun juga dari segi estetika. Terbukti dengan semakin banyaknya bangunan yang tidak hanya kuat dan tahan dari segi konstruksi namun juga indah saat dipandang. Karena ini jugalah pemilihan material yang digunakan juga berbeda. Material yang digunakan dalam konstruksi saat ini juga mempertimbangkan keindahan hasilnya. Salah satu bahan material itu adalah besi kotak. Tak hanya dipertimbangkan dari segi fungsi dan kekuatan saja, harga besi kotak yang tergolong cukup terjangkau juga membuat material ini menjadi material favorit untuk konstruksi bangunan belakangan ini.
besi beton spiral
Siapa yang tak kenal dengan besi beton atau baja tulangan? Besi beton merupakan material yang paling umum digunakan dalam proyek konstruksi bangunan. Penggunaannya yang luas dan fungsinya yang vital sebagai tulang atau rangka bangunan, menjadikan besi beton sebagai material yang wajib memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Kenapa harus besi beton SNI? Tentu karena penggunaannya akan berimbas pada keamanan dan keselamatan, mengingat berkaitan dengan kekuatan dan ketahanan bangunan.
Besi beton polos biasa digunakan untuk dowels spiral dan pendukung struktur karena daya tariknya lebih rendah. Sedangkan besi beton ulir atau bersirip digunakan untuk struktur yang memerlukan kekuatan yang lebih tinggi. Sirip-sirip pada besi beton ulir inilah yang berfungsi untuk menghalangi perherakan pada arah longitudinal batang terhadap beton.
Mengulik spesifikasi-spesifikasi yang harus dimiliki oleh besi beton SNI, kurang lengkap rasanya jika tak menilik proses pembuatan besi beton. Sudah tau belum? Secara singkat, proses pembuatan beton dimulai dari pemanasan billet baja pada temperatur ±1300°C untuk memudahkan proses canai. Billet yang telah dipanaskan akan dimasukkan ke mesin roll untuk disesuaikan ukuran diameternya. Setelah itu billet akan didinginkan dan dipotong-potong dengan ukuran panjang besi beton yang telah ditentukan.
Nah, lalu apa itu Besi Beton SNI?
Badan Standarisasi Nasional (BSN) merupakan lembaga yang bertanggungjawab dalam pembuatan standarisasi, termasuk standarisasi besi beton. Sebelumnya, standar besi beton untuk industri baja Indonesia berlaku dalam SII 138-1984 yang mengatur perihal Mutu dan Cara Uji Baja Tulangan Beton. Setelahnya terdapat beberapa poin revisi dan diubah menjadi SNI 07-2052-2002 mengenai Baja Tulangan Beton yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional pada tahun 2002. Standarisasi ini merujuk pada referensi yang diambil dari besi baja berstandar Jepang atau JIS (Japanese Industrial Standars).
Besi beton bisa dikatakan memenuhi kualitas SNI apabila mampu memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintan dan BSN; atau paling tidak memenuhi toleransi yang sudah diberlakukan. Revisi-revisi dalam poin standarisasi juga sebenarnya diupayakan untuk memperkecil adanya produk besi beton atau baja tulangan yang tidak sesuai standar atau sering disebut dengan julukan besi beton banci.
Kriteria Besi Beton SNI berdasarkan BSN
BSN sesungguhnya sudah sangat detail menentukan kriteria-kriteria beserta definsi dari istilah-istilah yang digunakan. Dalam hal ini, BSN mengatur beberapa hal dan menjelaskan beberapa istilah mengenai fisik besi beton, diantaranya adalah sebagai berikut.
Ukuran Nominal, merupakan ukuran sesuai yang ditetapkan
Toleransi, merupakan besarnya penyimpangan yang diizinkan dari ukuran nominal
Diameter Dalam, merupakan ukuran diameter tanpa sirip pada baja tulangan beton sirip
Sirip Melintang, merupakan setiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan beton yang melintang terhadap sudut batang baja tulangan beton
Berdasarkan sifat tampaknya, besi beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna (luka pada permukaan besi beton akibat proses canai) yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan. Berdasarkan bentuknya, besi beton polos memiliki permukaan baja tulangan yang rata dan tidak bersirip. Sedangkan spesifikasi beton ulir atau beton bersirip sedikit lebih rumit. Permukaan beton ulir harus memiliki sirip yang teratur dengan arah melintang sumbu batang; sedangkan rusuknya memanjang searah dan sejajar dengan sumbu batang. Sirip-sirip tersebut harus terletak pada jarak yang teratur serta memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Sirip melintang tidak diperbolehkan membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sumbu batang. Apabila membentuk sudut antara 45° sampai 70°, arah sirip melintang pada satu sisi atau kedua sisi dibuat berlawanan. Sedangkan, bila sudutnya diatas 70°, arah yang berlawanan tidak diperlukan.
Ukuran Diameter Besi Beton dan Toleransinya
Ukuran diameter besi beton adalah salah satu hal yang paling diperhitungkan jika membicarakan soal besi beton SNI. Meski begitu, bukan berarti ukuran diameter besi beton dapat diamati dengan mudah. Pengukuran besi didasarkan pada satuan milimeter, sehingga untuk menghitung toleransi ukuran besi beton, maka harus menggunakan jangka sorong agar mendapatkan tingkat akurasi dan presisi yang sangat baik. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat besar toleransi pada setiap ukuran diameter besi beton.
Sudah tau cara bacanya belum? Hehehehe~
Toleransi ukuran dalam besi beton diartikan sebagai penyimpangan ukuran yang masih dalam batas wajar, baik lebih dari maupun kurang dari. Contohnya, dalam tabel tersebut disebutkan bahwa toleransi dari besi beton polos berdiameter 6 mm adalah ±0.3 mm. Hal itu berarti bahwa besi beton polos berdiameter 6 mm seminim-minimnya harus memiliki lebar diameter terukur (real) sebesar 5.7 mm. Contoh lainnya adalah besi beton polos berdiameter 10 mm dengan toleransi ukuran ±0.4 mm. Berarti ukuran real paling minimum yang harus dimiliki oleh besi beton polos D10 adalah 9.6 mm, jika ingin dikategorikan sebagai besi beton SNI.
Lalu bagaimana dengan toleransi besi beton ulir?
Nilai toleransi ukuran pada besi beton polos dan besi beton ulir sebenarnya sama. Hanya saja, pada besi beton ulir diameter diukur bukan dari ujung sirip ke ujung sirip yang memanjang, namun berdasarkan diameter dalam besi beton. Nah, sudah paham?
Besi beton banci yang beredar dipasaran biasanya mengurangi ukuran diameternya dengan cukup signifikan, sekitar ±0.8 mm. Memang terlihat tidak begitu banyak, mengingat ukurannya dalam satuan milimeter. Namun, selisih ini sesungguhnya sangat berpengaruh pada kualitas bangunan dan keamanannya.
Ukuran Panjang Baja Tulangan Beton
Menurut SNI 07-2050-2002, panjang baja tulangan ditetapkan hanya sebesar 6 m, 9 m, dan 12 m. Hal ini merevisi pernyataan pada SII 0136-84 yang menyatakan bahwa besi beton juga memiliki ukuran 3 m. Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minus 0 mm (-0 mm) plus 70 mm (+ 70 mm). Dengan kata lain, toleransi ukuran panjang besi beton tidak boleh melebihi 7 cm. Sehingga jika besi beton memiliki panjang 12 meter, maka minimum panjang besi beton tersebut haruslah 11.93 meter untuk bisa dikategorikan sebagai besi beton SNI.
Besi beton banci yang beredar dipasaran biasanya mereduksi ukuran panjang dan diameternya. Jika biasanya panjang besi beton adalah 12 meter, maka mereka bisa mereduksinya hingga 11.5 meter.
Tingkat Kekuatan Besi Beton
Kekuatan besi beton ditentukan oleh sifat mekanisnya. Sifat mekanis besi beton terdiri dari sifat jangka pendek dan sifat jangka panjang. Sifat jangka pendek sendiri diuraikan berdasarkan kekuatan tekan, kekuatan geser, dan modulus elastisitas. Sedangkan sifat jangka panjang meliputi rangkak dan susut. Rangkak adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja. Sedangkan susut adalah penyusutan volume beton yang diakibatkan oleh kehilangan uap air atau akibat penurunan suhu.
Sesuai dengan tabel, tingkat kekuatan pada besi beton polos terdiri dari 2 tingkat yaitu BjTP 24 dan BjTP 30. Sedangkan untuk besi beton ulir, terdapat 4 tingkat kekuatan diantaranya adalah BjTS 30, BjTS 35, BjTS 40, dan BjTS 50. Besi beton biasanya dikelompokkan berdasarkan tegangan leleh dan kandungan karbonnya. Deed steel (baja sangat lunak) memiliki kandungan karbon ≤0,10%. Low carbon steel (baja lunak) memiliki kandungan karbon 0,10 – 0,25%. Med carbon steel (baja sedang) memiliki kandungan karbon 0,25 – 0,70%. High carbon steel (baja keras) memiliki kandungan karbon 0,70 – 1,50%. Dengan kata lain, semakin tinggi kadar karbonnya, maka semakin kuat dan keras baja tersebut.
Marking Warna dalam Besi Beton
BSN menetapkan bahwa setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking), salah satunya dengan warna yang tidak mudah hilang pada ujung-ujung penampangnya. Warna-warna ini tidak boleh asal, karena BSN telah menetapkan standarnya sesuai dengan kelas bajanya. BjTP 24 menggunakan warna hitam. BjTP/S 30 memiliki warna biru. BjTS 35 memiliki warna merah. BjTS 40 memiliki warna kuning. Terakhir, BjTS 50 memiliki warna hijau.
Pengkodean dalam Besi Beton
Tak hanya warna, pabrik yang memproduksi baja tulangan beton juga harus mencantumkan label dengan huruf timbul yang menunjukkan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter nominal. Lebih dari itu, BSN juga membuat standar pencantuman informasi yang cukup lengkap.
- Nama atau nama singkatan dari pabrik pembuat
- Ukuran (diameter dan panjang)
- Kelas baja
- Nomor lembaran (No. Heat)
- Nomor seri produksi dan tanggal produksi
- Nomor SNI
Terima pesanan sesuai ukuran
Alamat : Jl. Ciledug Raya No.53, RT.6/RW.4, Petukangan Utara, Kec. Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12270
No Telepon: 083875193052
PT. Adirahma Harapan Jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar